Pages

Minggu, 30 Juni 2013

Hubungan Abnormalitas dengan Konsep Motivasi, Stress dan Gender



Kali ini saya akan membahas tentang hubungan abnormalitas dengan konsep motivasi, stress dan gender. Mungkin banyak diantara kita yang belum tau tentang abnormalitas dan hubungan abnormalitas dengan konsep motivasi, stress dan gender. untuk itu saya akan menjabarkannya...
DEFINISI ABNORMALITAS
Apa itu abnormalitas? Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental) ataupun insanity.
Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup dan umumnya pemikiran pada mazhab perilaku (behaviorisme).
Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang dan tampilan luar atau tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik, phobia atau pola-pola perilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren. Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut dan temporer seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan), terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang.
KRITERIA YANG MENETUKAN ABNORMALITAS
1.      Perilaku yang tidak biasa
Perilaku yang tidak biasa disebut abnormalitas. Hanya sedikit dari kita menyatakan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itu hampir dikatakan abnormal dalam budaya kita.
2.      Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial
Setiap masyarakat memilki norma-norma atau standar yang menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu. Perilaku yang dianggap normal dalam suatu budaya mungkin dianggap abnormal dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan definisi dari perilaku abnormal pada norma sosial adalah bahwa norma-norma tersebut merefleksikan standar yang relatif bukan kebenaran universal.
3.      Perilaku atau tingkah laku yang salah terhadap realitas
Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan sekitar.
4.      Orang-orang tersebut berada dalam stress personal yang signifikan
Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi seperti kecemasan, ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan depresi merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu.
5.      Perilaku maladaptive
Perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan.
6.      Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau orang lain.

FAKTOR-FAKTOR PENENTU ABNORMALITAS
Sebab-sebab perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut:

A.    Menurut tahap berfungsinya
Menurut tahap-tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku abnormal dapat dibedakan sebagai berikut:

1.      Penyebab Primer (Primary Cause) adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya, infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap samai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total.

2.      Penyebab yang Menyiapkan (Predisposing Cause) adalah kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi tertentu dimasa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.

3.      Penyebab Pencetus (Preciptating Cause) adalah setiap kondisi yang tidak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya, seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat karena ditinggalkan oleh tunangannya.

4.      Penyebab yang Mneguatan (Reinforcing Cause) adalah kondisi yang cenderung mempertahankan tingkah laku maladaptive yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang “sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya dan menunda kesembuhannya.

5.      Sirkulasi Faktor-Faktor Penyebab, dalam kenyataan suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh suatu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan dan ini sering menjadi penyebab abnormalitas.
A.     Menurut sumber asalnya
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab paerilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:

1.      Faktor Biologis

2.      Faktor-Faktor Psikososial
a.       Trauma dimasa kanak-kanak, trauma psikologs pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rassa mampu dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak-kanak cenderung akan terus dibawa sampai masa dewasa.

b.      Deprivasi Parental, tiadanya keempatan untuk mendapatkan emosi dari orang tua berupa kehangatan, kontak fisik, rangsangan intelektual, emosional dan sosial. Kemungkinan penyebabnya adalah dipisahkan dari orang tua kemudian dititipkan ke panti asuhan dan kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama di rumah.

c.       Hubungan orang tua dan anak yang patogenik, hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi. Dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.

d.      Struktur anak yang patogenik, struktur keluarga sangat menetukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dn selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat stukrur yang melahirkan gangguan pada para anggotanya: (1) Keluarag yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. (2) Keluarga yang anti sosial, keluarga yang menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas. (3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah. (4) keluarga yang tidak utuh, keluarga yang dimana ayah atau ibu yang tidak ada dirumah entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian atau ayah memiliki dua istri.

e.       Stress berat, stress adalah keadaan yang menekan khusunya secara psikologis. Kedaan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti: (1) Frustasi yang menyebabkan hilang harga diri. (2) Konflik nilai. (3) Tekanan kehidupan modern.

3.      Faktor-faktor Sosioluktural
Meliputii keadaan obyektif dalam masyarakat atau tekanan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam indivdu dan selnjutnya melahirkan berbagai bentu gangguan seperti:
a.     Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi oleh kekerasan.
b.    Terpaksa menjalani peran sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh.
c.  Menjadi korban prasangka dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti agama, rasa, suku dll.

HUBUNGAN ABNORMALITAS DENGAN KONSEP MOTIVASI
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan atau energy seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dai dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.

HUBUNGAN ABNORMALITAS DENGAN STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dang gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya stress adalah sebuah bentuk ketegangan baik fisik maupunmental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang diakibatkan karena stress disebut strain.
Menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress ang terlalu besar dapat mengancam kemapuan untuk menghadapi lingkungannya.

HUBUNGAN ABNORMALITAS DENGAN GENDER
Bayi yang baru lahir memiliki kromosm X dan Y, atau dua kromosom XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan. Embrio manusia haru memiliki setidaknya satu kromosom X untuk dapat tumbuh. Abnormalitas kromosom yang berhubungan dengan jenis kelamin yang paling umum melibatkan adanya kromosm ekstra (baik X atau Y) atau ketiadaan satu kromosom X pada perempuan.
Sindrom Klinefelter
Sindrom klinefelter merupakan kelainan genetik di mana laki-laki memiliki kromosom X ektra, membuat mereka menjadi XXY dan bukan XY. Laki-laki dengan kelainan ini memiliki testis yang tidak berkembang, dan mereka biasanya memiliki dada yang besar dan tumbuh tinggi. Sindrom klinefelter terjadi sekitar satu dalam setiap 800 kelahiran hidup anak laki-laki.
Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X adalah kelainan genetic yang merupakan akibat dari abnormalitas dalam kromosom X, yang menjadi terhimpit dan sering pecah. Defesiensi mental sering menjadi konsekuensi tetapi defesiensi ini mungkin mengambil bentuk berupa keterbelakangan mental, gangguan belajar, atau rentang perhatian yang pendek. Kelainan ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, kemungkinan pada kromosom X kedua pada perempuan dan menegasikan efek negative gangguan ini.
Sindrom Turner
Sindrom turner adalah kelainan kromosom pada perempuan di mana sebuah kromosm X hilang dan menjadikan pemiliknya XO dan bukan XX, atau kromosom kedua terhapus sebagian. Perempuan dengan sindrom ini berpostur pendek dan mempunyai leher yang tersambung oleh membran kulit. Mereka dapat tidak subur dan mengalami kesulitan matematika, tetapi kemampuan verbal biasanya cukup baik. Sindrom turner terjadi kira-kira 1 dari setiap 2500 kelahiran.
Sindrom XYY
Sindrom XYY merupakan kelainan kromosom dimana laki-laki memiliki kromosom Y ekstra. Ketertarikan awal pada sindrom ini terfokus pada keprcayaan bahwa kromosom Y esktra yang ditemukan pada beberapa laki-laki menyumbang terhadap perilaku agresi dan kekerasan. Meskipun demikian, peneliti kemudian menemukan bahwa laki-laki XYY tidak lebih mungkin melakukan kejahatan daripada laki-laki XY.
Sumber
riezkaratna73.blogspot.com/2013/03/makalah-psikologi-abnormal.html?m-1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar