Kali
ini saya akan membahas tentang hubungan abnormalitas dengan konsep motivasi,
stress dan gender. Mungkin banyak diantara kita yang belum tau tentang
abnormalitas dan hubungan abnormalitas dengan konsep motivasi, stress dan
gender. untuk itu saya akan menjabarkannya...
DEFINISI
ABNORMALITAS
Apa
itu abnormalitas? Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah
suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental
disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental
illness (penyakit mental) ataupun insanity.
Perilaku
abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika
Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu
pengetahuan, sikap hidup dan umumnya pemikiran pada mazhab perilaku (behaviorisme).
Perilaku
abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang dan tampilan luar atau
tampilan atas kedua-duanya. Perilaku abnormal juga merupakan perilaku spesifik,
phobia atau pola-pola perilaku yang lebih mendalam, misalnya skizofren.
Perilaku abnormal juga merupakan sebutan untuk masalah-masalah yang
berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan-gangguan yang gejala-gejalanya
bersifat akut dan temporer seperti intoksinasi (peracunan obat-obatan),
terutama narkoba yang kesemuanya itu diakibatkan dari gaya hidup seseorang.
KRITERIA YANG MENETUKAN ABNORMALITAS
KRITERIA YANG MENETUKAN ABNORMALITAS
1. Perilaku yang tidak biasa
Perilaku yang tidak biasa disebut abnormalitas. Hanya
sedikit dari kita menyatakan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Hal seperti itu hampir dikatakan abnormal dalam budaya kita.
2. Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau
melanggar norma sosial
Setiap masyarakat memilki norma-norma atau standar yang
menentukan jenis perilaku yang dapat diterima dalam beragam konteks tertentu.
Perilaku yang dianggap normal dalam suatu budaya mungkin dianggap abnormal
dalam budaya lain. Satu implikasi dari mendasarkan definisi dari perilaku
abnormal pada norma sosial adalah bahwa norma-norma tersebut merefleksikan standar
yang relatif bukan kebenaran universal.
3. Perilaku atau tingkah laku yang salah terhadap realitas
Biasanya sistem sensori dan proses kognitif memungkinkan
kita untuk membentuk representasi mental yang akurat tentang lingkungan
sekitar.
4. Orang-orang tersebut berada dalam stress personal yang
signifikan
Kondisi stress personal yang diakibatkan oleh gangguan emosi
seperti kecemasan, ketakutan atau depresi. Namun terkadang kecemasan dan
depresi merupakan respon yang sesuai dengan situasi tertentu.
5. Perilaku maladaptive
Perilaku yang menimbulkan ketidakbahagiaan dan membatasi
kemampuan kita untuk berfungsi dalam peran yang diharapkan.
6. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri atau
orang lain.
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU ABNORMALITAS
Sebab-sebab
perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan
tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan
tersebut disajikan sebagai berikut:
A.
Menurut tahap berfungsinya
Menurut tahap-tahap berfungsinya, sebab-sebab perilaku
abnormal dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Penyebab Primer (Primary
Cause) adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan
muncul. Misalnya, infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis
yang disertai paralysis atau
kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap samai
akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total.
2. Penyebab yang Menyiapkan (Predisposing Cause) adalah kondisi yang mendahului dan membuka
jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi tertentu
dimasa mendatang. Misalnya, anak yang ditolak orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih
rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang yang
memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.
3. Penyebab Pencetus (Preciptating Cause) adalah setiap kondisi
yang tidak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya,
seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat
karena ditinggalkan oleh tunangannya.
4. Penyebab yang Mneguatan (Reinforcing
Cause) adalah kondisi yang cenderung mempertahankan tingkah laku
maladaptive yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada
seorang gadis yang “sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan
kurang bertanggungjawab atas dirinya dan menunda kesembuhannya.
5. Sirkulasi Faktor-Faktor Penyebab, dalam kenyataan suatu
gangguan perilaku jarang disebabkan oleh suatu penyebab tunggal. Serangkaian
faktor penyebab yang kompleks bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana
melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan dan ini sering menjadi
penyebab abnormalitas.
A. Menurut
sumber asalnya
Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab paerilaku abnormal
dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu:
1. Faktor Biologis
2. Faktor-Faktor Psikososial
a.
Trauma dimasa kanak-kanak, trauma
psikologs pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rassa mampu dan harga diri
sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma
psikologis yang dialami pada masa kanak-kanak cenderung akan terus dibawa
sampai masa dewasa.
b.
Deprivasi
Parental, tiadanya keempatan untuk
mendapatkan emosi dari orang tua berupa kehangatan, kontak fisik, rangsangan
intelektual, emosional dan sosial. Kemungkinan penyebabnya adalah dipisahkan
dari orang tua kemudian dititipkan ke panti asuhan dan kurangnya perhatian dari
pihak orang tua kendati tinggal bersama di rumah.
c.
Hubungan orang tua dan anak yang
patogenik, hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi. Dalam hal ini hubungan
antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan
tertentu pada anak.
d.
Struktur anak yang patogenik,
struktur keluarga sangat menetukan corak komunikasi yang berlangsung diantara
para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang
kurang sehat dn selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian
anggotanya. Ada empat stukrur yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
(1) Keluarag yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. (2) Keluarga yang
anti sosial, keluarga yang menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan
masyarakat luas. (3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah. (4)
keluarga yang tidak utuh, keluarga yang dimana ayah atau ibu yang tidak ada
dirumah entah karena sudah meninggal atau sebab lain seperti perceraian atau
ayah memiliki dua istri.
e.
Stress berat, stress adalah keadaan
yang menekan khusunya secara psikologis. Kedaan ini dapat ditimbulkan oleh
berbagai sebab, seperti: (1) Frustasi yang menyebabkan hilang harga diri. (2)
Konflik nilai. (3) Tekanan kehidupan modern.
3. Faktor-faktor Sosioluktural
Meliputii keadaan obyektif dalam masyarakat atau tekanan
dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan dalam indivdu dan
selnjutnya melahirkan berbagai bentu gangguan seperti:
a.
Suasana perang dan suasana kehidupan
yang diliputi oleh kekerasan.
b.
Terpaksa menjalani peran sosial yang
berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus
membunuh.
c. Menjadi korban prasangka
dan diskriminasi berdasarkan penggolongan tertentu seperti agama, rasa, suku
dll.
HUBUNGAN
ABNORMALITAS DENGAN KONSEP MOTIVASI
Motivasi
dapat diartikan sebagai kekuatan atau energy seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat persistensi antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
bersumber dai dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsic) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi
merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang
dihadapi. Menurut Robbins (2001:166) menyatakan definisi dari motivasi yaitu
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya tinggi untuk tujuan organisasi yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual.
HUBUNGAN
ABNORMALITAS DENGAN STRESS
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dang gangguan-gangguan
mental. Pada dasarnya stress adalah sebuah bentuk ketegangan baik fisik
maupunmental. Sumber stress disebut dengan stressor
dan ketegangan yang diakibatkan karena stress disebut strain.
Menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress ang
terlalu besar dapat mengancam kemapuan untuk menghadapi lingkungannya.
HUBUNGAN
ABNORMALITAS DENGAN GENDER
Bayi yang baru lahir memiliki kromosm X dan
Y, atau dua kromosom XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan. Embrio manusia
haru memiliki setidaknya satu kromosom X untuk dapat tumbuh. Abnormalitas
kromosom yang berhubungan dengan jenis kelamin yang paling umum melibatkan
adanya kromosm ekstra (baik X atau Y) atau ketiadaan satu kromosom X pada
perempuan.
Sindrom Klinefelter
Sindrom klinefelter merupakan kelainan
genetik di mana laki-laki memiliki kromosom X ektra, membuat mereka menjadi XXY
dan bukan XY. Laki-laki dengan kelainan ini memiliki testis yang tidak
berkembang, dan mereka biasanya memiliki dada yang besar dan tumbuh tinggi.
Sindrom klinefelter terjadi sekitar satu dalam setiap 800 kelahiran hidup anak
laki-laki.
Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X adalah kelainan genetic yang
merupakan akibat dari abnormalitas dalam kromosom X, yang menjadi terhimpit dan
sering pecah. Defesiensi mental sering menjadi konsekuensi tetapi defesiensi
ini mungkin mengambil bentuk berupa keterbelakangan mental, gangguan belajar,
atau rentang perhatian yang pendek. Kelainan ini lebih sering terjadi pada
laki-laki dibandingkan pada perempuan, kemungkinan pada kromosom X kedua pada
perempuan dan menegasikan efek negative gangguan ini.
Sindrom Turner
Sindrom turner adalah kelainan kromosom pada
perempuan di mana sebuah kromosm X hilang dan menjadikan pemiliknya XO dan
bukan XX, atau kromosom kedua terhapus sebagian. Perempuan dengan sindrom ini
berpostur pendek dan mempunyai leher yang tersambung oleh membran kulit. Mereka
dapat tidak subur dan mengalami kesulitan matematika, tetapi kemampuan verbal
biasanya cukup baik. Sindrom turner terjadi kira-kira 1 dari setiap 2500
kelahiran.
Sindrom XYY
Sindrom XYY merupakan kelainan kromosom
dimana laki-laki memiliki kromosom Y ekstra. Ketertarikan awal pada sindrom ini
terfokus pada keprcayaan bahwa kromosom Y esktra yang ditemukan pada beberapa
laki-laki menyumbang terhadap perilaku agresi dan kekerasan. Meskipun demikian,
peneliti kemudian menemukan bahwa laki-laki XYY tidak lebih mungkin melakukan
kejahatan daripada laki-laki XY.
Sumber
riezkaratna73.blogspot.com/2013/03/makalah-psikologi-abnormal.html?m-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar