Sabtu, 05 April 2014

Psikoterapi



Definisi Psikoterapi
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana yakni, "psyche" yang artinya jelas, yaitu "mind" atau sederhananya: jiwa dan "therapy" dari bahasa Yunani yang berarti "merawat" atau "mengasuh", sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah "perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang". 
Dalam Oxford English Dictionary, perkataan "psychotherapy" tidak tercantum, tetapi ada perkataan "psychotherapeutic" yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian (Singgih, 2007, hal:154).
Ada definisi lain dari psikoterapi, psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien supaya membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu (Samiun, 2006, hal:336).

Tujuan Psikoterapi 
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, (1987) dan Corey (1991):
  1. Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik, menurut Ivey (1987) adalah: membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikoanalisis, menurut Corey (1991) dirumuskan sebagai: membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan psikoterapi dengan pendekakatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey (1987), untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.
  4. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Behavioistik, dijelaskan oleh Ivey (1987) sebagai berikut: untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal-hal sebagai berikut: terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang maladaptive dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif.
  5. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey (1987) sebagai berikut: agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt sebagai berikut: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.
Unsur-Unsur Psikoterapi
Masserman (1984) melaporkan delapan "parameter pengaruh" dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
  1. Peran sosial (martabat)
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik)
  3. Hak
  4. Retrospreksi
  5. Reduksi
  6. Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
  7. Resosialisasi
  8. Rekapitulasi
Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling 
Menurut Mappiare (2008, hal: 159), perbedaan antara psikoterapi dan konseling adalah sebagai berikut;
  1. Konseling dan psikoterapi dapat dipandang berbeda lingkup pengertian antara keduanya. istilah "psikoterapi" mengandung arti ganda. Pada satu segi, ia menunjuk pada sesuatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada  lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada satu titik dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah-satu bentuk psikoterapi.
  2. Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal, maslah, pengembangan-pendidikan-pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih memfokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan.
  3. Konseling dijalankan atas dasar (dijiwai oleh) falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi;
  4. konseling dan psikoterapi berbeda tujuan dan cara mencapai tujuan masing-masing.
Menurut Sholeh (2008, hal:55), perbedaan antara psikoterapi dan konseling adalah sebagai berikut;
  1. Dilihat dari ruang lingkup; konseling merupakan bagian dari program bimbingan konseling sedangkan psikoterapi ruang lingkupnya berada di luar bimbingan.
  2. Dilihat dari kedalaman; konseling merupakan pencanaan yang rasional, pemecahan masalah berhubungan dengan pemahaman diri dan lingkungan sedangkan psikoterapi memberikan perubahan mendasar dari kepribadian.
  3. Dilihat dari subyek atau sasaran; pada konseling subjeknya adalah individu yang normal dan lebih menekankan individu atau kelompok kecil sedangkan pada psikoterapi subjeknya adalah yang mengalami disintegrasi kepribadian dan lebih mengutamakan individu.
  4. Dilihat dari Orientasi atau pendekatan; konseling lebih menekankan kesinian dan kekinian sedangkan psikoterapi lebih menekankan masa lampau, simbolik dan mengaktifkan kembali alam ketidaksadaran.
  5. Dilihat dari setting; tempat yang dibutuhkan untuk melakukan konseling itu bisa di sekolah, universitas, lembaga layanan masyarakat, organisasi kemasyarakatan sedangkan psikoterapi setting atau tempatnya di klinik, rumah sakit dan praktik pribadi.
  6. Dilihat dari waktu; waktu yang diperlukan untuk konseling relaif terbatas sedangkan psikoterapi waktunya relatif lama (berhari-hari, minggu, bulan atau mungkin tahunan)
  7. Dilihat dari tujuan; konseling bertujuan untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan sedangkan psikoterapi bertujuan untuk mengatasi konflik-konflik dalam diri seseorang.
Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illnes
Menurut J.P. Chaplin ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:
  1. Biological, meliputi keadaan mental organik, penyakit efektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
  2. Psychological, meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketikmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
  3. Sosiological, meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatangbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
  4. Philosophic, meliputi kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghargai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Bentuk-Bentuk Utama Dari Terapi
  1.  Terapi Supportive: suatu bentuk alernatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan tidak mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan fisiknya
  2. Terapi Reeductive: membangitkan pengertian pada penderita tentang konflik-konflik jiwa yang dikandungnya yang terutama terletak dalam alam sadarnya. Terapi ini lebih banyak menempatkan konflik-konflik alam sadar dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasi tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi-potensi kreatif yang ada.
  3. Terapi Reconstuctive: menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfesi atau lebih mudah dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.

Sumber:
  • Singgih D, Gunarsa. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
  • Semiun, Yustinus 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: PT Kanisius
  • Corey, Gerald. 2006. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
  • Mappiare, Andi. 2008. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:  PT RajaGrafindo Persada
  • Sholeh, Moh. 2008. Bertobat Sambil Berobat. Jakarta: PT Mizan Publika
  • Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

0 komentar:

Posting Komentar