1. Psikoanalisis
Salah
satunya tokoh
psikoanalisis
adalah Sigmund Freud. Nama asli Freud adalah Sigismund
Scholomo. Ada beberapa poin penting yang menjadi inti pembahasan dari teori ini, dan
poin penting itu adalah: kesadaran (consciousness)
dan ketidaksadaran (unconsciousness),
struktur kepribadian, kecemasan (anxiety),
mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism), tahap perkembangan psikoseksual (psychosexual stage).
a. Kesadaran (Consciousness) dan Ketidaksadaran (Unconsciousness)
Sigmund freud berpendapat bahwa
kehidupan psikis terdiri dari: kesadaran (consciousness)
dan ketidaksadaran (unconsciousness).
Kesadaran dapat di ibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak. Jadi,
kesadaran itu merupakan bagian kecil dari kepribadian. Sedangkan, ketidaksadaran
yang merupakan bagian kecil dari gunung es dibawah permukaan air mengandung
insting-insting yang mendorong perilaku manusia.
b. Struktur
Kepribadian
Sigmund freud mempunyai pandangan
bahwa kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Superego.
- Id adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian, Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle).
- Ego adalah bagian id yang terorganisasi yang hadir untuk memajukan tujuan-tujuan id dan bukan untuk mengecewakannya. Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan. Ego disebut juga dengan prinsip realitas (reality principle).
- Superego adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari lingkungannya. Superego merupakan prinsip moral (morality principle).
c. Kecemasan (Anxiety)
Menurut Freud kecemasan terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:
- Kecemasan objektif merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata.
- Kecemasan neurotik merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif.
- Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral, inilah yang disebut kecemasan moral.
d. Mekanisme
pertahanan diri (Defence Mechanism)
Mekanisme pertahan diri ini bertujuan
untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh
superego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi untuk melindungi superego
dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak di ijinkan
muncul oleh superego.
Sembilan mekanisme pertahanan yang
dikemukakan oleh Freud adalah:
- Represi, Represi adalah mekanisme pertahanan diri dimana ada sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan atau mengganggu akan direpres ke alam bawah sadar.
- Pembentukan reaksi (Reaction Formation),Pembentukan reaksi adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan melawannya kesadaran.
- Proyeksi (Projection),Proyeksi adalah pelampiasan keluar dari perasaan atau kebutuhan yang tidak disadari sebagai usaha mempertahankan diri, karena ego yang tidak bisa menerima perasaan tersebut.
- Penempatan yang keliru (Displacement),Penempatan yang keliru adalah pelampiasan kesalahan kepada pihak ketiga, karena hambatan dari superego.
- Rasionalisasi (Rationalisation),Rasionalisasi adalah dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego, dicarikan dasar rationalnya sedemikian rupa sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.
- Supresi (Supression),Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dnegan superego kedalam ketidaksadarannya.
- Sublimasi (Sublimation), Sublimasi adalah dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego di alihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat.
- Kompensasi (Compensation)
- Regresi (Regression),Regresi adalah berbalik kembali kepada perilaku yang dulu pernah mereka alami atau mengalami proses kemunduran.
e. Tahap
perkembangan psikoseksual (Psychosexual Stage)
Menurut Freud, tingkatan perkembangan
psikoseksual ada senbilan yaitu:
- Tahap oral, kenikmatan diperoleh dari mulut. Jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan kecemasan dan frustasi. Kegiatan bayi berpusat disekitar mulut (menghisap, menggigit dan mengunyah) dan merupakan pembentukan attachment dengan ibu.
- Tahap anal,kenikmatan berpusat didaerah anal. Toilet training dimulai pada tahap ini. Jika prosesnya terlalu keras atau disiplin maka akan menyebabkan kecemasan sehingga anak bisa konstipasi, jorok, tidak bertanggungjawab dan jika sudah dewasa dapat termanifestasi menjadi keras kepala, kikir, obsesif.
- Tahap phalic, usia 6-7tahun kenikmatan terpusat didaerah genital.
- Tahap latent, usia 7 sampai menginjak masa remaja awal. Seolah-olah tidak ada aktivitas seksual. Karena itu masa ini disebut fase latent (tersembunyi).
- Tahap genital, dimulai sejak masa remaja. Segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.
2. Behavioristik
Manusia pada
dasarnya dilahirkan netral, bak “tabula rasa” atau kertas putih. Lingkunganlah
yang akan menentukan arah perkembangan tingkah laku manusia lewat proses
belajar. Artinya, perkembangan manusia bisa dikendalikan ke arah tertentu
sebagaimana ditentukan oleh pihak luar (lingkungan) dengan kiat-kiat rekayasa
yang bersifat impersonal dan direktif.
Aliran ini memandang
manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang
diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour
atau perilaku menyimpang.
Salah satu contoh
adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan
anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak
mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan
anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu
dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan,
sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut keluar air
liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
3. Humanistik
Manusia
pada dasarnya dilahirkan baik. Tingkah laku manusia dengan sadar, bebas dan
bertanggung jawab dibimbing oleh daya-daya positif yang berasal dari dalam
dirinya sendiri ke arah pemekaran seluruh potensi manusiawinya secara penuh. Agar
berkembang ke arah yang positif, manusia tidak pertama-tama membutuhkan
pengarahan melainkan sekedar suasana dan pendampingan personal serba penuh
penerimaan dan penghargaan demi mekarnya potensi positif yang melekat dalam
dirinya.
Aliran
ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua
aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang
rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah
Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Abraham
Maslow (1908-1970) dapat dipandang bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini
merasa tidak puas terhadap psikologi behavoristik dan psikoanalisi. Maslow pun
memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan cirri-ciri eksistensinya.
Psikologi
humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh
psikologi humanistik memandang behaviorime mendehumanisasi manusia. Psikologi humanistik
mengarahklan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan
manusia. Menurut psikologi humanistik manusia adalah makhluk yang kreatif, yang
dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Salah
satu bagian dari humanistik adalah logoterapi. Logoterapi adalah sebuah corak
pandangan psikologi yang sering di kelompokkan ke dalam psikologi humanistik. Psikologi
humanistik menemukan adanya dimensi raga (somatis) dan dimensi kejiwaan
(psikis) yaitu dimensi neotic. Pandangan
ini berprinsip:
- Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
- Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
- Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.
Sumber:
- Basuki Heru, A. M. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
- Hall, Calvin S dan Lindzey Gardner. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius
- Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi, psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada